Kata mark-up biasanya dipakai dalam dunia bisnis yang berarti
menaikan harga dari harga sesungguhnya. Misalnya, proyek yang bernilai
Rp 10 milyar dijadikan Rp 13 milyar.
Ternyata dalam kehidupan sehari-hari banyak juga yang melakukan
mark-up kebaikan. Berbuatnya 3 tetapi ngakunya 9. Ironisnya, si pelaku
merasa hebat bukannya merasa bersalah. Ada juga yang bisnisnya beromzet
ratusan juta mengaku milyaran rupiah. Tujuannya agar orang mengira
dirinya hebat padahal boleh jadi bisnisnya sekarat.
Dalam dunia training, ada juga trainer yang meminta temannya
memberikan testimoni luar biasa tentang pelaksanaan trainingnya.
Faktanya, trainingnya biasa-biasa saja. Ini semuanya adalah contoh
mark-up kebaikan.
Saran saya, jauhilah mark-up kebaikan. Sebab, dalam jangka panjang
itu sangat merugikan Anda. Orang-orang yang baik akan menjauh dari Anda.
Integritas Andapun tercoreng di kalangan sahabat baik Anda. Andapun
akan dikenal tukang bual atau kelompok NATO (Not Action Talk Only).
Mark-up kebaikan itu sangat tak baik dalam hidup kita. Para pelakunya
akan lebih mengedepankan pencitraan daripada karya nyata. Ia akan
merasa hebat padahal boleh jadi menjadi bahan ledekan dan cemoohan oleh
orang banyak.
Mark-up kebaikan itu seperti politisi yang tak pernah “blusukan”
tiba-tiba membuat iklan dengan foto memeluk rakyat jelata, menggendong
bayi, duduk bersama orang miskin, tersenyum dan membaur dengan rakyat
dan sejenisnya. Saya yakin, orang-orang yang terdidik muak melihat
tayangan iklan pencitraan seperti ini.
Agar kebiasaan melakukan mark-up kebaikan tidak terjadi kepada kita,
maka jauhilah kebiasaan pamer, mengharap banyak pujian dan mengejar
popularitas semu. Luruskan niat bahwa apa yang kita lakukan adalah dalam
rangka mengumpulkan bekal untuk pulang ke kampung akhirat.
Biarkan orang tahunya kita berbuat 3 padahal faktanya kita berbuat 9.
Menurut saya, itu jauh lebih menentramkan hati dan menyelamatkan di
kehidupan nanti. Tak perlu kita melakukan mark-up kebaikan karena
berharap puja puji sebab itu justeru mengundang banyak penyakit hati.
Mengerti?
Salam SuksesMulia!
-----------------------------------------------------------------------
Dari http://jamilazzaini.com/mark-up-kebaikan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar