Sedikit
mengajar, banyak belajar. Rasanya kalimat itulah yang paling pas menggambarkan
apa-apa yang kulalui di Traffic Light Ambengan.
Berawal dari
“pelarian” yang menghantarkanku jatuh cinta pada semangat anak-anak luar biasa
itu. Jatuh cinta pada sudut kota ini.
Sedikit
mengajar, bahkan belum layak disebut mengajar rasanya.
Teringat
obrolan dengan salah seorang pengajar waktu itu, “kita itu nggak lebih pinter
dari mereka, kita ini ya cuma orang-orang yang kebetulan lahir lebih dulu dari
mereka, tahu lebih dulu, jadi bisa nge-share ilmu ke mereka”.
Belajar
mengenai kehilangan, perpisahan tanpa pesan. Satu – satu adik-adik mulai
hilang, mereka-mereka yang dulu membuatku jatuh hati, perlahan pergi tanpa
pesan. Rizal, Fitri, Indah, Rahma, Rizky, Putri, Ari. Do’a kami mengiringi
setiap langkah kalian nak, semoga kalian temukan kehidupan yang lebih baik.
Dari sekian
yang pergi itu, Allah hadirkan senyum-senyum ceria baru lewat Salsa, Dana,
Sulaiman, Nisa, dan yang lainnya yang masih bertahan. Terimakasih telah
mengindahkan senja kami nak.
Belajar
hakikat berjuang meraih impian, belajar tentang syukur yang tak bertepi. Betapa
Allah Maha Baik, betapa Allah Maha Asyik.
Rasanya
akhir-akhir ini banyak merenung. 22 tahun nduk, sudah berbuat apa? Sudah
menghasilkan karya apa? Sudah membahagiakan siapa saja?
Semoga Allah
selalu merdhoi langkahku, dan menjadikanku ridho atas ketetapanNya. Insya Allah..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar