Rabu, 27 Mei 2015

ketika Kau ketuk pintuku

Alhamdulillah, banyak dibuat tersenyum malam ini..
Terimakasih telah memelukku lewat perantara mereka Ya Allah..

Seperti kata Tere Liye :
Apalah arti kehilangan,
Ketika kami menemukan banyak saat kehilangan,
Dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan?

Benar, apa arti kehilangan dia. Jika Allah kembalikan banyak hal..
Dulu saat menemukannya, aku banyak kehilangan mereka. Banyak kehilangan sahabat, teman, saudara.
Kini saat kehilangannya, Allah kembalikan mereka yang peduli, lebih banyak malah dibanding saat kehilangan dulu.

Allah sungguh malam ini indah, Terharu.
Biar tak kulepas sujudku malam ini, mensyukuri nikmatMu..

Allahu Akbar.. Allahu Akbar..
Berdiri aku dalam hamparan sajadah, ruku’, sujud..
Syahdu bercengkrama denganmu, menikmati malam..
Kubisikkan pada langit, sampaikan pada Tuhanku, “Terimakasih”.

Surabaya, 23 Mei 2015
22.51

Rizq

Senin, 18 Mei 2015

Syukurku atas nikmatMu

Syukurku atas nikmatMu Yaa Rabb, takkan cukup walau aku bersujud seribu tahun.
NikmatMu yang mana yang akan aku dustakan? ketika KasihMu begitu nyata..

Jikalah apa yang kualami kemarin adalah caraMu mendekatkanku padaMu, maka biarlah aku ridho atas ketetapan itu. PelukanMu begitu nyaman Ya Rabb..

Syukurku atas malam itu, atas pelukan yang kau berikan lewat perantara mereka..


Kali ini aku berlari sekali lagi pada mereka, laksana rumah aku pulang. saat hati sungguh sudah amat lelah..

Syukurku atas nikmatMu Ya Rabb, atas segala kemudahan dan keindahan yang Kau berikan. Atas hujan cinta pagi itu di Alun-Alun Sidoarjo. Atas nikmatMu yang mengijinkanku menepati janjiku.

Kamis, 07 Mei 2015

Sedikit mengajar, banyak belajar

Sedikit mengajar, banyak belajar. Rasanya kalimat itulah yang paling pas menggambarkan apa-apa yang kulalui di Traffic Light Ambengan.

Berawal dari “pelarian” yang menghantarkanku jatuh cinta pada semangat anak-anak luar biasa itu. Jatuh cinta pada sudut kota ini.

Sedikit mengajar, bahkan belum layak disebut mengajar rasanya.
Teringat obrolan dengan salah seorang pengajar waktu itu, “kita itu nggak lebih pinter dari mereka, kita ini ya cuma orang-orang yang kebetulan lahir lebih dulu dari mereka, tahu lebih dulu, jadi bisa nge-share ilmu ke mereka”.