Dariku untuk saudara-saudaraku tercinta, generasi muda pejuangsyariatNya.. :)
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka”.
Bismillahirahmannirrahim..
Meski
nasihat-nasihat, imbauan-imbauan para ulama, ustadz-ustadzah tentang Valentine
selalu didengungkan tiap bulan Pebruari, tapi ternyata masih banyak orang
tua para remaja yang masih berpemahaman salah tentang Valentine’s Day.
Valentine hanya dianggap sebagai budaya remaja modern saja. Padahal ada bahaya
besar di balik Valentine yang siap menerkam para remaja. Ini yang tidak
disadari para orang tua.
Tiap
bulan Pebruari remaja yang notabene mengaku beragama Islam ikut-ikutan sibuk
mempersiapkan perayaan Valentine. Walau banyak ustad-ustazah memperingatkan
nilai-nilai akidah Kristen yang dikandung dalam peringatan tersebut, namun hal
itu tidak terlalu dipusingkan mereka. "Aku ngerayain Valentine kan buatfun-fun aja...."
begitu kata mereka.
Tanggal
14 Pebruari dikatakan sebagai ‘Hari Kasih Sayang’.Apa benar? Mari kita tilik
sejarahnya.
Siapakah
Valentine?
Tidak
ada kejelasan, siapakah sesungguhnya yang bernama Valentine. Beragam kisah dan
semuanya hanyalah dongeng tentang sosok Valentine ini. Tetapi setidaknya ada
tiga dongeng yang umum tentang siapa Valentine.
Pertama, St Valentine adalah
seorang pemuda bernama Valentino yang kematiannya pada 14 Pebruari 269 M karena
eksekusi oleh Raja Romawi, Claudius II (265-270). Eksekusi yang didapatnya ini
karena perbuatannya yang menentang ketetapan raja, memimpin gerakan yang
menolak wajib militer dan menikahkan pasangan muda-mudi, yang hal tersebut
justru dilarang. Karena pada saat itu aturan yang ditetapkan adalah boleh
menikah jika sudah mengikuti wajib militer.
Kedua, Valentine
seorang pastor di Roma yang berani menentang Raja Claudius II dengan menyatakan
bahwa Yesus adalah Tuhan dan menolak menyembah dewa-dewa Romawi. Ia kemudian
meninggal karena dibunuh dan oleh gereja dianggap sebagai orang suci.
Ketiga, seorang yang meninggal
dan dianggap sebagai martir, terjadi di Afrika di sebuah provinsi Romawi.
Meninggal pada pertengahan abad ke-3 M. Dia juga bernama Valentine.
Ucapan ”Be My Valentine”
Ken Sweiger dalam artikel “Should Biblical Christians
Observe It?” (www.korrnet.org) mengatakan kata “Valentine” berasal dari Latin
yang berarti : “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata
ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Maka disadari
atau tidak, -tulis Ken Sweiger- jika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”,
hal itu berarti melakukan perbuatan yang dimurkai Tuhan (karena memintanya
menjadi “Sang Maha Kuasa”) dan menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala.
Dalam Islam hal ini disebut syirik, artinya menyekutukan Allah Subhannahu wa
Ta’ala. Adapun Cupid (berarti:the desire), si bayi bersayap dengan panah
adalah putra Nimrod “the hunter” dewa Matahari. Disebut Tuhan Cinta, karena ia
rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri!
Tradisi penyembah berhala
Sebelum masa kekristenan, masyarakat Yunani dan
Romawi beragama pagan yakni menyembah banyak Tuhan atau
Paganis-polytheisme. Mereka memiliki perayaan/pesta yang dilakukan pada
pertengahan bulan Pebruari yang sudah menjadi tradisi budaya mereka. Dan gereja
menyebut mereka sebagai kaum kafir.
Di zaman Athena Kuno, tersebut disebut sebagai bulan
GAMELION. Yakni masa menikahnya ZEUS dan HERA. Sedangkan di zaman Romawi Kuno,
disebut hari raya LUPERCALIA sebagai peringatan terhadap Dewa LUPERCUS, dewa
kesuburan yang digambarkan setengah telanjang dengan pakaian dari kulit
domba.
Perayaan ini berlangsung dari 13
hingga 18 Pebruari, yang berpuncak pada tanggal 15. Dua hari pertama
(13-14 Februari) dipersembahkan untuk Dewi Cinta (Queen of Feverish Love) Juno
Februata. Di masa ini ada kebiasaan yang digandrungi yang disebut sebagai Love
Lottery/Lotre pasangan, di mana para wanita muda memasukkan nama mereka dalam
sebuah bejana kemudian para pria mengambil satu nama dalam bejana tersebut yang
kemudian menjadi kekasihnya selama festival berlangsung. Seiring dengan invasi
tentara Roma, tradisi ini menyebar dengan cepat ke hampir seluruh Eropa.
Hal ini
menjadi penyebab sulitnya penyebaran agama Kristen yang saat itu tergolong
sebagai agama baru di Eropa. Sehingga untuk menarik jemaat masuk ke Gereja maka
diadopsilah perayaan kafir pagan ini dengan memberi kemasan kekristenan. Maka
Paus Gelasius I pada tahun 469 M mengubah upacara Roma Kuno Lupercalia ini
menjadi Saint Valentine's Day.
Ini
adalah upaya Gelasius menyebarkan agama kristen melalui budaya setempat.
Menggantikan posisi dewa-dewa pagan dan mengambil St Valentine sebagai sosok
suci lambang cinta. Ini adalah bentuk sinkretisme agama, mencampuradukkan
budaya pagan dalam tradisi Kristen. Dan akhirnya diresmikanlah Hari Valentine
oleh Paus Gelasius pada 14 Pebruari di tahun 498.
Bagaimanapun juga lebih mudah mengubah keyakinan
masyarakat setempat jika mereka dibiarkan merayakan perayaan di hari yang sama
hanya saja diubah ideologinya. Umat Kristen meyakini St Valentino sebagai
pejuang cinta kasih. Melalui kelihaian misionaris, Valentine’s Day
dimasyarakatkan secara internasional.
Jelas sudah, Hari Valentine sesungguhnya berasal dari
tradisi masyarakat di zaman Romawi Kuno, masyarakat kafir yang menyembah banyak
Tuhan juga berhala. Dan hingga kini Gereja Katholik sendiri tidak bisa
menyepakati siapa sesungguhnya St Valentine. Meskipun demikian perayaan ini
juga dirayakan secara resmi di Gereja Whitefriar Street Carmelite di
Dublin-Irlandia.
Valentin
di Indonesia
Valentine’s Day disebut ‘Hari Kasih Sayang’, disimbolkan
dengan kata ‘LOVE’. Padahal kalau kita mau jeli, kata ‘kasih sayang’ dalam
bahasa inggris bukan ‘love’ tetapi ‘Affection’. Tapi mengapa di negeri-negeri
muslim seperti Indonesia dan Malaysia, menggunakan istilah Hari Kasih
Sayang. Ini penyesatan.
Makna
‘love’ sesungguhnya adalah sebagaimana sejarah GAMELION dan LUPERCALIA pada
masa masyarakat penyembah berhala, yakni sebuah ritual seks/perkawinan. Jadi
Valentine’s Day memang tidak memperingati kasih sayang tapi memperingati
love/cinta dalam arti seks. Atau dengan bahasa lain, Valentine’s Day adalah
HARI SEKS BEBAS.
Dan pada kenyataannya tradisi seks bebas inilah yang
berkembang saat ini di Indonesia. Padahal di Eropa sendiri tradisi ini mulai
ditinggalkan. Maka, semua ini adalah upaya pendangkalan akidah generasi muda
Islam.
Inilah yang
dikatakan Samuel Zweimer dalam konferensi gereja di Quds (1935): “Misi
utama kita bukan menghancurkan kaum Muslim. Sebagai seorang Kristen tujuan kalian
adalah mempersiapkan generasi baru yang jauh dari Islam, generasi yang sesuai
dengan kehendak kaum penjajah, generasi malas yang hanya mengejar kepuasan hawa
nafsu”.
------------------------------------------------------
Dikutip dari berbagai sumber.. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar