Selasa, 09 Februari 2016

Haru biru 2015 ❤

Berganti waktu, begitu saja berlalu. Meninggalkan kenangan-kenangan syahdu.
Ini kisahku, sebuah asa, haru biru sampai kisah kelabu. Satu tahun berlalu, dua belas bulan, tiga ratus enam puluh lima hari.

Setiap kisah yang terlalui itu, menyisakan senyum manis, tawa renyah, hingga tangis haru. Banyak kisah saya berakhir disana,

Januari : Masih aku terbuai dalam tawa, membiarkan diriku jatuh dalam asa. Dibersamai membuatku lupa makna sendiri. Membuatku melupakan mereka yang peduli.

Februari : aku mengikrarkan diri bahagia, tapi kehendakNya lah yang berkuasa. Aku tak pernah memiliki, pun tak pernah termiliki. Kita ini apa? Kita ini siapa? Kita hanya hamba. skrenarioNya yang berkuasa atas diri kita.

Maret : dan yang harus terjadi, terjadilah. Aku bisa apa sebagai hamba? Dia yang dipinjamkan telah diambil sang empunya. Aku hanya diam mengikhlaskan, senyum sendu yang kusuguhkan mengiringi langkahnya kembali pada pemiliknya. Menyerahkan hatinya untuk sekedar singgah pada pantai lain. Diaku Maha Sempurna, dan kupercaya KuasaNya.

April : Deretan kalimat yang menyusun kisah kami kuakhiri lewat sebuah titik. Lewat senyum itu terucap doa lirihku agar dia bahagia. Dulu selalu berencana begini dan begitu, tapi Allah dengan rahmatNya menghapus rencana yang tak sesuai untukku. Semoga Dia ridho jalan yang kupilih, dan menjadikanku ridho atas ketetapanNya.

Mei : Bukankah pemilik semesta selalu berbaik hati? Dia peluk dan sembuhkan setiap luka tanpa meninggalkan kesakitan lainnya. Aku yang berjalan, dibayanginya lewat kenangan. Apalah arti kenangan, ketika rancangan masa depan menanti kuwujudkan.

Juni : Ketika abu-abu menjelma menjadi hitam, bukan putih yang nyata. Senyumku masih tersungging samar. Mensyukuri setiap keindahan yang disajikan, mensyukuri mereka yang tak beranjak, mensyukuri debur ombak yang kusaksikan, mensyukuri bulir air mata bahagia menyaksikan untaian cahaya berpendar. Lihatlah, saya masih mampu tersenyum.

Juli : Bukankah bahagia itu sederhana? Sesederhana setiap rahasia yang terbuka. Beruntunglah kamu nduk, dijaga. Percayalah yang menjaga akan dapat yang terjaga. Jatuh cinta itu mudah, namun aku tak ingin. Kutunggu kau disana, ajari aku mengeja selepas itu.

Agustus : Lantas cinta macam apa yang kau tawarkan, ketika cinta yang kupercaya adalah saat kau jabat tangan ayahku sembari bersumpah setia tanpa ingkar. Sebutlah saya sok suci, saya hanya ingin menjaga diri. Yaa muqallibal quluub tsabbit qalbii 'alaa diinika

September : Bisulah, butalah, tulilah. Terakhir Lillah-lah. Yakinlah, Dia saja yakin kamu bisa melaluinya. Banyak yang hadir, menemani sejenak, menghadirkan tawa, kemudian pergi. Pernah ada seseorang yang berkata, “Lelaki yang baik itu mendekati, menikahi, lalu menafkahi bukan memacari, menikmati lalu pergi”. Dalam senyum saya terucap do’a lirih, semoga saja segera ada. Tahu maksudnya?
Dalam senyum saja aku berani bersuara, cukup aku dan Dia yang tahu maknanya. Semoga segera, bantu mengaminkan yang baik-baik yaa. Perlu dipertegas sepertinya, saya berbenah bukan untuk masuk istana. Tapi karena saya jatuh cinta padaNya.

Oktober : Bukankah Allah selalu memberi yang terbaik untuk hambanya. Pas. Sesuai porsinya. Ketika terluka, Dia beri obat terbaik. Allah Maha So Sweet. Saya memilih pergi dari rumah itu, rumah yang banyak mengajarkan saya. Bukan karena saying saya telah hilang, tapi karena sudah saatnya berpindah, berhijrah. Terimakasih untuk dua tahun penuh arti ini.

November : Berayun. Butuh mundur sekian langkah untuk melesat. Biar kulihat diam-diam, mengamati dari kejauhan. Biar aku bertepuk-tangan pelan-pelan, agar tak ketahuan ❤❤ Langkah saya jauh lebih ringan, bertemu saudara-saudara baru. Para mujahidah penggenggam bara api


Desember : Teruntukmu yang masih dirahasiakan Sang Penggenggam Rahasia. Melelahkankah sebuah penantian itu tuan? Lantas tak inginkah kau menantiku yang tengah berbenah. Jika bukan kini, mungkin nanti. Ketika Dia berkehendak menyatukan kita. Ketika kuasaNya menggerakkan hatimu untuk membersamaiku meraih ridhoNya. Saat kita berikrar membangun cinta sehidup sesurga. Tak bersediakah kau menungguku tuan? Menantiku dalam doa.

2015 terlalui dengan hebat. Semoga menjadi hamba salihah yang lebih baik-terus baik-dan tambah baik. Allahumma Aamiin.


Biar kata dibilang telat upload, biarlah. Maklum sedang sibuk menata masa depan. Doa’akan saya yaa, besok perjuangan terakhir dari 4 menimba ilmu selama 4 tahun ini. Semoga dimudahkan dan dilancarkan. 

Tidak ada komentar: