Sabtu, 31 Mei 2014

21 - Memori yang terputar


"Bismillah, Alhamdulillah, Subhanallah, Allahu Akbar..

Sungguh kuasaMu begitu luar biasa Ya Allah..

Siapa sangka gadis kecil nan cengeng itu kini sudah berusia 21 tahun. Usia yang bisa dibilang tidak lagi kecil. Masih teringat dengan jelas rengekannya belasan tahun lalu yang minta disekolahkan padahal usianya baru genap 3tahun. Atau dia beberapa tahun setelahnya yang begitu gemulai menari diatas panggung.


Masih jelas dalam ingatan dia yang begitu kaku memegang palu sidang pertamanya beberapa tahun lalu, atau kejadian yang baru kemarin ketika dia menjadi ketua koperasi. Ahh rasanya waktu berlalu begitu cepat..

Entah seperti apa dia kini dimata kedua orang tuanya, yang jelas dia masihlah putri kecil nan manja. Gadis yang selalu berlagak dewasa yang kadang masih merengek minta disuapi ketika makan. Konyol.

Gadis itu ialah aku. Nur Aulia Risqi. Nama indah yang orangtuaku hadiahkan sebagai tanda kelahiranku tepat 30 mei 1993 lalu. 



Rasanya malu menuliskan diri sendiri seperti ini, tapi entahlah aku ingin menyusuri setapak-setapak hidupku dalam tulisan ini. Membaginya bersama kalian. Menceritakan rahasia-rahasia kecil yang mungkin tidak banyak orang tahu..

Teringat cerita ibu tentang kelahiranku yang membuat bingung banyak orang karena simpang siur jenis kelamin bayi yang kala itu lahir. Tapi lihatlah gadis itu telah tumbuh dewasa sekarang. Aku.

Atau cerita lain yang ibu bagi tentang masa kecilku :

“kamu itu pas kecil lucu, putihh, tembem, matanya sipit persis orang cina. Kalau ibu kepasar dan nggendong kamu pasti dikira ibu itu lagi nggendong anaknya majikan. Haha..”

Sungguh aku masih ingat binaran mata ibu ketika berkisah tentang masa kecilku. Indah.

Sejujurnya tak banyak yang kuingat dari masa kecilku. Seingatku aku begitu dekat dengan kakek dan nenek dari keluarga ibu. Setiap liburan sekolah disaat masa kanak-kanak dulu, ibu pasti mengirimku ke Solo untuk menghabiskan liburan disana.


Ahh ya, aku ingat tentang sebuah insiden kecil disamping rumah Solo ketika kecil dulu. Aku yang kala itu belum bisa membedakan mana buah nangka yang masak dan juga yang masih menjadi gori. Aku yang dengan nakalnya memanen gori simbah yang belum waktunya dipanen, saat itu berdua dengan salah seorang teman laki-laki samping rumah yang aku lupa namanya. Seandainya simbah masih ada, ingin rasanya berucap “lihatlah mbah cucu kesayanganmu ini kini sudah berusia 21 tahun. Aku rindu mbah..”

Teringat pula kejadian memalukan yang masih sering menjadi perbincangan ketika pulang kerumah Pati. Kala pernikahan om Agung dulu, ahh rasanya semua keluarga pasti masih mengingat kejadian ini. Aku yang sibuk bermain petak umpet dengan anak-anak bude ketika itu, tidak pernah menyangka kayu pijakan pada jumlang tempatku bersemubunyi kala itu sudah lapuk, menyebabkan aku yang kala itu berusia 4 tahun terperosok pada jumlang berisi kotoran. Masih ingat rasanya ekspresi khawatir ibu melihat putri kecilnya menangis didalam jumlang.


Ketika itu ibu langsung memandikanku berkali-kali agar tidak bau. Kejadian konyol itu rupanya begitu membekas bagi keluarga Pati, hingga kini pun ketika pulang kepati masih ada yang bertanya “iki Lia to, sing disik kejegur jumlang kuwi?”

Lihatlah nduk, kenangan belasan tahun lalu itu masih jelas dalam ingatan. Benarkah kau sudah 21 tahun? Sungguh aku masih tidak menyangka kini aku berusia 21 tahun.

Ingatkah masa-masa ketika di Sekolah Dasar dulu?

Aku yang awalnya biasa-biasa saja merangsek naik menjadi juara kelas. Siapa yang menyangka aku yang terhitung tidak terlalu meninjol ketika kelas satu justru masuk peringkat 10 besar ketika kelas dua. Lebih tidak disangka lagi aku berhasil menjadi juara kelas ketika kelas tiga.


Aku masih sangat ingat, ketika itu bapak berjanji akan membelikan tas bartu jika aku jadi juara kelas. Bapak yang baru pulang kerja kala itu langsung kusodori rapot yang menunjukkan putrinya ini menjadi juara satu. Ya bapak penuhi janjinya saat itu juga untuk membelikanku tas baru. Sekarang aku sadar, mungkin kala itu bapak ingin mengajarkan putri kecilnya untuk berusaha sekuat tenaga jika memiliki impian.


Sekolah Dasar. Tempat yang memiliki peran penting dalam menemukan banyak kelebihan yang aku miliki. Tempat yang mengenalkanku pertama kali dengan puisi, seni peran, sampai menjadi presenter. Masih ingat rasanya siaran pertamaku pada radio rajawali Surabaya. Ahh sudah belasan tahun lalu rupanya.


Aku juga masih ingat ketika tanpa sengaja salah seorang guru menemukan bakat tari dalam diriku, panggung itu, THR. Panggung tari pertamaku, bebagai lomba, piala. Ahh rindu sekali menari, saking rindunya hingga sekarangpun kadang aku sering menari diam-diam.

ahh, masa-masa yang belasan tahun lalu terjadi itu. aku sering merindukannya diam-diam.   

Surabaya, 30 Mei 2014
pk. 23.55
di Sudut Kamar yang dibuai kenangan


Tidak ada komentar: