"Bismillah,
Alhamdulillah, Subhanallah, Allahu Akbar..
Sungguh
kuasaMu begitu luar biasa Ya Allah..
Siapa
sangka gadis kecil nan cengeng itu kini sudah berusia 21 tahun. Usia yang bisa
dibilang tidak lagi kecil. Masih teringat dengan jelas rengekannya belasan
tahun lalu yang minta disekolahkan padahal usianya baru genap 3tahun. Atau dia
beberapa tahun setelahnya yang begitu gemulai menari diatas panggung.
Masih
jelas dalam ingatan dia yang begitu kaku memegang palu sidang pertamanya
beberapa tahun lalu, atau kejadian yang baru kemarin ketika dia menjadi ketua
koperasi. Ahh rasanya waktu berlalu begitu cepat..
Entah
seperti apa dia kini dimata kedua orang tuanya, yang jelas dia masihlah putri
kecil nan manja. Gadis yang selalu berlagak dewasa yang kadang masih merengek
minta disuapi ketika makan. Konyol.
Gadis
itu ialah aku. Nur Aulia Risqi. Nama indah yang orangtuaku hadiahkan sebagai
tanda kelahiranku tepat 30 mei 1993 lalu.
Rasanya
malu menuliskan diri sendiri seperti ini, tapi entahlah aku ingin menyusuri
setapak-setapak hidupku dalam tulisan ini. Membaginya bersama kalian.
Menceritakan rahasia-rahasia kecil yang mungkin tidak banyak orang tahu..
Teringat
cerita ibu tentang kelahiranku yang membuat bingung banyak orang karena simpang
siur jenis kelamin bayi yang kala itu lahir. Tapi lihatlah gadis itu telah
tumbuh dewasa sekarang. Aku.
Atau
cerita lain yang ibu bagi tentang masa kecilku :
“kamu itu pas
kecil lucu, putihh, tembem, matanya sipit persis orang cina. Kalau ibu kepasar
dan nggendong kamu pasti dikira ibu itu lagi nggendong anaknya majikan. Haha..”
Sungguh
aku masih ingat binaran mata ibu ketika berkisah tentang masa kecilku. Indah.
Sejujurnya
tak banyak yang kuingat dari masa kecilku. Seingatku aku begitu dekat dengan
kakek dan nenek dari keluarga ibu. Setiap liburan sekolah disaat masa
kanak-kanak dulu, ibu pasti mengirimku ke Solo untuk menghabiskan liburan
disana.
Ahh
ya, aku ingat tentang sebuah insiden kecil disamping rumah Solo ketika kecil
dulu. Aku yang kala itu belum bisa membedakan mana buah nangka yang masak dan
juga yang masih menjadi gori. Aku yang dengan nakalnya memanen gori simbah yang
belum waktunya dipanen, saat itu berdua dengan salah seorang teman laki-laki
samping rumah yang aku lupa namanya. Seandainya simbah masih ada, ingin rasanya
berucap “lihatlah mbah cucu kesayanganmu ini kini sudah berusia 21 tahun. Aku
rindu mbah..”
Teringat
pula kejadian memalukan yang masih sering menjadi perbincangan ketika pulang
kerumah Pati. Kala pernikahan om Agung dulu, ahh rasanya semua keluarga pasti
masih mengingat kejadian ini. Aku yang sibuk bermain petak umpet dengan
anak-anak bude ketika itu, tidak pernah menyangka kayu pijakan pada jumlang
tempatku bersemubunyi kala itu sudah lapuk, menyebabkan aku yang kala itu
berusia 4 tahun terperosok pada jumlang berisi kotoran. Masih ingat rasanya
ekspresi khawatir ibu melihat putri kecilnya menangis didalam jumlang.
Ketika
itu ibu langsung memandikanku berkali-kali agar tidak bau. Kejadian konyol itu
rupanya begitu membekas bagi keluarga Pati, hingga kini pun ketika pulang
kepati masih ada yang bertanya “iki Lia to, sing disik kejegur jumlang kuwi?”
Lihatlah
nduk, kenangan belasan tahun lalu itu masih jelas dalam ingatan. Benarkah kau
sudah 21 tahun? Sungguh aku masih tidak menyangka kini aku berusia 21 tahun.
Ingatkah
masa-masa ketika di Sekolah Dasar dulu?
Aku
yang awalnya biasa-biasa saja merangsek naik menjadi juara kelas. Siapa yang
menyangka aku yang terhitung tidak terlalu meninjol ketika kelas satu justru
masuk peringkat 10 besar ketika kelas dua. Lebih tidak disangka lagi aku
berhasil menjadi juara kelas ketika kelas tiga.
Aku
masih sangat ingat, ketika itu bapak berjanji akan membelikan tas bartu jika
aku jadi juara kelas. Bapak yang baru pulang kerja kala itu langsung kusodori
rapot yang menunjukkan putrinya ini menjadi juara satu. Ya bapak penuhi
janjinya saat itu juga untuk membelikanku tas baru. Sekarang aku sadar, mungkin
kala itu bapak ingin mengajarkan putri kecilnya untuk berusaha sekuat tenaga
jika memiliki impian.
Sekolah
Dasar. Tempat yang memiliki peran penting dalam menemukan banyak kelebihan yang
aku miliki. Tempat yang mengenalkanku pertama kali dengan puisi, seni peran,
sampai menjadi presenter. Masih ingat rasanya siaran pertamaku pada radio
rajawali Surabaya. Ahh sudah belasan tahun lalu rupanya.
Aku
juga masih ingat ketika tanpa sengaja salah seorang guru menemukan bakat tari
dalam diriku, panggung itu, THR. Panggung tari pertamaku, bebagai lomba, piala.
Ahh rindu sekali menari, saking rindunya hingga sekarangpun kadang aku sering
menari diam-diam.
ahh, masa-masa yang belasan tahun lalu terjadi itu. aku sering merindukannya diam-diam.
Surabaya, 30 Mei 2014
pk. 23.55
di Sudut Kamar yang dibuai kenangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar