Bismillahirrahmanirrahim..
Assalamu’alaikum.. :)
Kali ini aku akan berkisah tentang sebuah keputusan
yang kubuat, tentang jalan yang kupilih..
Mungkin tidak banyak yang tahu tentang kisah ini,
termasuk orang terdekatku sekalipun. Tapi kali ini akan kututurkan kisah ini
pada kalian, semoga ada hikmah yang kalian petik dari kisah ini.. :)
Terkadang aku iri mendengar kisah kebanyakan orang
dalam menjemput hidayahNya, dalam menunaikan kewajibannya sebagai seorang
muslimah..
Yahh BERJILBAB,
Suatu hal yang mungkin masih dianggap sepele oleh
kebanyakan orang, bahkan mungkin akupun menganggap demikian. Tapi itu dulu…
Entahlah aku kesulitan mengemukakan alasan saat
aku pertama kali memutuskan berjilbab, bahkan aku pun tidak tahu kapan pastinya
aku berjilbab..
Saat TK kah?
SD kah ? SMP kah? SMK kah?
Jika ditanya
alasannya pun aku juga bingung menjelaskannya..
Karena memang aku sadar itu kewajiban atau mungkin
karena alasan pendidikan..
Kerudung memang bukan hal yang baru bagi
kehidupanku, sedari kecil aku sering menggunakannya. Sekedar saat pergi mengaji
ataupun saat sekolah TK, karena memang aku bersekolah di TK Islam saat itu..
Selepas TK aku melanjutkan pendidikan di sebuah
Sekolah Dasar Negeri, tidak berjilbab memang tapi bukan berarti aku
meninggalkan jilbab karena aku masih menggunakannya saat mengikuti sebuah
Lembaga Bimbingan Belajar yang dibina sebuah Yayasan Islam. Saat itu jilbab
hanya sebatas kewajiban karena aku berada ditempat yang memang sudah seharusnya
berjilbab. Bukan karena kesadaran bahkan mungkin bila mengaji dan di LBB itu
tidak diwajibkan berjilbab aku juga tak akan menggunakannya..
Tahun 2005 aku menyelesaikan pendidikan di SD-ku
tidak dengan hasil yang memuaskan, aku membuat banyak orang meneteskan air mata
karena kecewa saat itu. Seorang NUR AULIA RISQI yang selalu berprestasi
dibidang akademik maupun non akademik saat di SD-nya lulus dengan Danem yang
tidak terlalu besar. Aku tahu orang tuaku sangat kecewa saat itu, tapi sungguh
jika ditanya siapa yang paling kecewa jawabannya adalah aku. Yahh aku kecewa
karena gagal masuk pada sekolah yang aku inginkan. Saat itu aku marah, aku
kecewa hingga entah berapa ratus air mata yang harus menetes. Tapi bukankah
hidup harus tetap berjalan, aku juga tetap harus melanjutkan pendidikan.
Saat itu orang tuaku memberikan 2 alternatif sekolah
yang bisa aku masuki. Dua-duanya tidak jauh dari rumah, sama-sama sekolah
swasta dan sama-sama mewajibkan siswinya berjilbab disekolah. Pilihanku jatuh
pada SMP Muhammadiyah 6 Surabaya.
Aku yang memang suka hal yang simple (saat itu aku
menganggap berjilbab itu ribet) ditambah cuaca kota pahlawan yang panasnya
nggak ketulungan membuatku malas menggunakan jilbab, alhasil aku hanya
berjilbab saat sekolah saja malahan sempat terlontar kata-kata yang nauzubillah
gak boleh ditiru..
“pokoknya setelah lulus dari sekolah ini, aku nggak
mau sekolah pake jibab!”
Tiga tahun terlewati disekolah itu, banyak
aktivitas yang akhirnya terpaksa membuatku berjilbab, ditambah sekolah itu
fullday yang berarti harus membuatku terjebak bersama jilbab dari mulai pagi
hingga sore.
Pernah dengar istilah witing tresno jalaran soko kulino, Mungkin kalimat itu sesuai
denganku, banyaknya kegiatan yang mewajibkanku berjilbab membuatku terbiasa
dengan jilbab..
Godaan terjadi justru saat aku sudah terbiasa
dengan jilbab, aku menyelesaikan pendidikan menengah pertamaku dan melanjutkan
pada SMK Negeri 1 Surabaya.
Orang tuaku adalah orang tua yang demokratis, tidak
pernah memaksakan kehendaknya pada anak-anaknya begitupun soal jilbab, hanya
aku selalu dituntut berbusana yang sopan.
Pendaftaran dimulai, saat itu aku harus mengisi
kolom seragam yang akan dipesan. Ada dua pilihan Seragam Putri Biasa atau
Seragam Putri Berjilbab. Entah ada yang menggerakkan tanganku untuk memilih
seragam putri berjilbab, walau ada pertentangan batin dihati antara memilih
berjilbab atau tidak.
Teringat kata-kata yang terlontar beberapa tahun
lalu tentang tidak ingin berjilbab. tapi dilain sisi, hati kecilku berbisik
untuk memilih berjibab.
Akhirnya dengan bismillah aku putuskan memilih
seragam putri berjilbab. Tiga tahun diSMK membuatku semakin nyaman dan semakin
terbiasa dengan jilbab hingga akhirnya aku lulus dan diterima bekerja di
Sekolah SMPku dulu, disinilah muara dari segala cintaku pada jilbab terjadi.
Aku yang awalnya hanya terpaksa berjilbab, justru
sekarang menjadikan jilbab sebagai kebutuhan. Aku yang dulu santai saja
bepergian tanpa jilbab, sekarang justru malu pergi tanpa jilbab. Aku yang dulu
mengutuk hasil ujianku SD yang buruk justru sekarang mensyukurinnya, mungkin
inilah cara Allah mengingatkanku untuk berjilbab. Jika hasil ujianku tidak
buruk waktu itu aku takkan sekolah di SMP itu, dan aku takkan jatuh cinta pada
jilbab
Aku tau aku memang belum bisa berjilbab secara
sempurna, tapi bukan berarti setelah berjilbab ini aku berhenti belajar. Aku
justru sedang belajar untuk berjilbab secara kafah, do’akan saja semoga aku
tetap istiqomah dengan jalan yang aku pilih, semoga aku tetap jatuh cinta pada
jilbab ini, semoga niat baikku untuk berjilbab ini dihitung sebagai
implementasi atas kecintaanku pada Rabbku..
Aminn :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar