Rabu, 10 April 2013

Jalan yang kupilih


Bismillahirrahmanirrahim..

Assalamu’alaikum.. :)
Kali ini aku akan berkisah tentang sebuah keputusan yang kubuat, tentang jalan yang kupilih..
Mungkin tidak banyak yang tahu tentang kisah ini, termasuk orang terdekatku sekalipun. Tapi kali ini akan kututurkan kisah ini pada kalian, semoga ada hikmah yang kalian petik dari kisah ini..  :)


Terkadang aku iri mendengar kisah kebanyakan orang dalam menjemput hidayahNya, dalam menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslimah..
Yahh BERJILBAB,
Suatu hal yang mungkin masih dianggap sepele oleh kebanyakan orang, bahkan mungkin akupun menganggap demikian. Tapi itu dulu…

Entahlah aku kesulitan mengemukakan alasan saat aku pertama kali memutuskan berjilbab, bahkan aku pun tidak tahu kapan pastinya aku berjilbab.. 
Saat  TK kah? SD kah ? SMP kah? SMK kah?
Jika ditanya  alasannya pun aku juga bingung menjelaskannya..
Karena memang aku sadar itu kewajiban atau mungkin karena alasan pendidikan..

Kerudung memang bukan hal yang baru bagi kehidupanku, sedari kecil aku sering menggunakannya. Sekedar saat pergi mengaji ataupun saat sekolah TK, karena memang aku bersekolah di TK Islam saat itu..
Selepas TK aku melanjutkan pendidikan di sebuah Sekolah Dasar Negeri, tidak berjilbab memang tapi bukan berarti aku meninggalkan jilbab karena aku masih menggunakannya saat mengikuti sebuah Lembaga Bimbingan Belajar yang dibina sebuah Yayasan Islam. Saat itu jilbab hanya sebatas kewajiban karena aku berada ditempat yang memang sudah seharusnya berjilbab. Bukan karena kesadaran bahkan mungkin bila mengaji dan di LBB itu tidak diwajibkan berjilbab aku juga tak akan menggunakannya..

Tahun 2005 aku menyelesaikan pendidikan di SD-ku tidak dengan hasil yang memuaskan, aku membuat banyak orang meneteskan air mata karena kecewa saat itu. Seorang NUR AULIA RISQI yang selalu berprestasi dibidang akademik maupun non akademik saat di SD-nya lulus dengan Danem yang tidak terlalu besar. Aku tahu orang tuaku sangat kecewa saat itu, tapi sungguh jika ditanya siapa yang paling kecewa jawabannya adalah aku. Yahh aku kecewa karena gagal masuk pada sekolah yang aku inginkan. Saat itu aku marah, aku kecewa hingga entah berapa ratus air mata yang harus menetes. Tapi bukankah hidup harus tetap berjalan, aku juga tetap harus melanjutkan pendidikan.

Saat itu orang tuaku memberikan 2 alternatif sekolah yang bisa aku masuki. Dua-duanya tidak jauh dari rumah, sama-sama sekolah swasta dan sama-sama mewajibkan siswinya berjilbab disekolah. Pilihanku jatuh pada SMP Muhammadiyah 6 Surabaya.
Aku yang memang suka hal yang simple (saat itu aku menganggap berjilbab itu ribet) ditambah cuaca kota pahlawan yang panasnya nggak ketulungan membuatku malas menggunakan jilbab, alhasil aku hanya berjilbab saat sekolah saja malahan sempat terlontar kata-kata yang nauzubillah gak boleh ditiru..

“pokoknya setelah lulus dari sekolah ini, aku nggak mau sekolah pake jibab!”

Tiga tahun terlewati disekolah itu, banyak aktivitas yang akhirnya terpaksa membuatku berjilbab, ditambah sekolah itu fullday yang berarti harus membuatku terjebak bersama jilbab dari mulai pagi hingga sore.
Pernah dengar istilah witing tresno jalaran soko kulino, Mungkin kalimat itu sesuai denganku, banyaknya kegiatan yang mewajibkanku berjilbab membuatku terbiasa dengan jilbab..

Godaan terjadi justru saat aku sudah terbiasa dengan jilbab, aku menyelesaikan pendidikan menengah pertamaku dan melanjutkan pada SMK Negeri 1 Surabaya.
Orang tuaku adalah orang tua yang demokratis, tidak pernah memaksakan kehendaknya pada anak-anaknya begitupun soal jilbab, hanya aku selalu dituntut berbusana yang sopan.
Pendaftaran dimulai, saat itu aku harus mengisi kolom seragam yang akan dipesan. Ada dua pilihan Seragam Putri Biasa atau Seragam Putri Berjilbab. Entah ada yang menggerakkan tanganku untuk memilih seragam putri berjilbab, walau ada pertentangan batin dihati antara memilih berjilbab atau tidak.
Teringat kata-kata yang terlontar beberapa tahun lalu tentang tidak ingin berjilbab. tapi dilain sisi, hati kecilku berbisik untuk memilih berjibab.
Akhirnya dengan bismillah aku putuskan memilih seragam putri berjilbab. Tiga tahun diSMK membuatku semakin nyaman dan semakin terbiasa dengan jilbab hingga akhirnya aku lulus dan diterima bekerja di Sekolah SMPku dulu, disinilah muara dari segala cintaku pada jilbab terjadi.

Aku yang awalnya hanya terpaksa berjilbab, justru sekarang menjadikan jilbab sebagai kebutuhan. Aku yang dulu santai saja bepergian tanpa jilbab, sekarang justru malu pergi tanpa jilbab. Aku yang dulu mengutuk hasil ujianku SD yang buruk justru sekarang mensyukurinnya, mungkin inilah cara Allah mengingatkanku untuk berjilbab. Jika hasil ujianku tidak buruk waktu itu aku takkan sekolah di SMP itu, dan aku takkan jatuh cinta pada jilbab 

Aku tau aku memang belum bisa berjilbab secara sempurna, tapi bukan berarti setelah berjilbab ini aku berhenti belajar. Aku justru sedang belajar untuk berjilbab secara kafah, do’akan saja semoga aku tetap istiqomah dengan jalan yang aku pilih, semoga aku tetap jatuh cinta pada jilbab ini, semoga niat baikku untuk berjilbab ini dihitung sebagai implementasi atas kecintaanku pada Rabbku.. 
Aminn :)

Tidak ada komentar: