Sabtu, 16 Maret 2013

Habibie & Ainun

Katakanlah aku ikut terjerat dalam arus boomingnya film romantis "habibie dan ainun" tapi beberapa saat yang lalu aku memang sangat bersemangat menonton film ini. Bukan hanya karena film ini membawa nama besar Habibie tapi juga penasaran dengan kisah-kisah romantis yang tersaji dalam film itu.

Setelah mengalami beberapa kali gagal nonton dikarenakan banyak faktor, akhirnya niatku menonton film ini tercapai pada tanggal 09 Januari 2013.


Tulisan ini bukan sekedar ikut meramaikan euforia film Habibie dan Ainun yang penontonnya mencapai 3 jutaan orang sampai saat ini. hanya saja aku akan bercerita tentang beberapa hal yang aku dapat karena menonton film ini.

Di sela-sela menonton film tersebut, aku merenungkan banyak hal khususnya pada tema-tema tertentu yang menyentuh dan menarik seperti : bagaimana ibu Ainun memilih untuk kembali berkarir sebagai ibu dan istri saat telah memiliki kedudukan di RS Jerman sebagai salah satu dokter anak di sana, juga betapa besar cinta yang ibu ainun berikan kepada sosok pak Habibie. Selain ini juga tentang bagaimana perjalanan Panjang pak Habibie dalam menjalani hari-hari beratnya di Jerman dan juga penolakan dari bangsanya sendiri. Bagaimana kesetiaan seorang ibu ainun dalam mendampingi Pak Habibie melalui hari-hari beratnya.

Tema lainnya yang menjadi salah satu muatan utama dalam film adalah tentang ditutupnya IPTN pada masa krisis ekonomi 1997 sebagai syarat persetujuan peminjaman dana IMF. Hal yang sangat memprihatinkan dan menyedihkan, baru dua tahun berlalu kebanggaan kita atas terbang perdananya pesawat N250 pada 10 Agustus 1995 sebagai hadiah 50 tahun kemerdekaan. Ada tangan-tangan internasional yang jelas tak menginginkan Indonesia tampil menjadi negara besar dengan industri penerbangannya. Lima belas tahun yang lampau kita menjadi negara yang disegani karena IPTN dan Habibienya, Saat ini, kita hanya bisa remuk redam mendengar sebuah perusahaan penerbangan yang dengan bangga membeli hampir 230 pesawat Boeing 797 yang dikatakan terbaru dan tercanggih. Sejatinya IPTN setelah keberhasilan N-250 dijadwalkan akan menghasilkan N2130 yang memuat penumpang lebih besar dan diperkirakan akan laris manis dipasaran daripada Boeing 797 sekalipun. Sederhananya, IPTN ditutup karena akan membuat pesawat jenis tersebut yang menjadi idola penerbangan hari ini.

Tema besar lainnya yang menjadi topik dalam film ini adalah cinta kasih dan romantisme antara Habibie dan Ainun. Karena itulah sekilas yang terlihat dari edisi filmya, dan yang mungkin dicari oleh para generasi muda adalah sisi romantisme. Tetapi perlu diperjelas dan ditegaskan, bahwa romantisme ala Habibie Ainun ini tentu sangat berbeda dan jauh berbeda dengan kisah romantisme yang kita kenal saat ini. Maaf beribu maaf, hampir semua novel atau kisah yang dianggap romantis di dunia barat dan timur mengisahkan satu tema yang sama : kematian dan kasih tak sampai. Tak ada kisah pernikahan, berkeluarga dan kesuksesan yang penuh kebahagiaan. Yang ada adalah bunuh diri, kegilaan, kematian dan semacamnya. Tanpa melebih-lebihkan, lihat saja romantis yang diperkenalkan dalam Romeo dan Juliet dari Barat, atau kisah Laila Majnun dari Timur, atau bahkan Tenggelamnya kapal van der wijk, Siti Nurbaya dari negeri kita sendiri, romantis yang didengungkan adalah kisah cinta kasih yang tak sampai berujung pernikahan, apalagi kesuksesan dalam kehidupan.

Inilah yang saya sebut dengan genre romantis sejati non picisan yang ada dalam kisah Habibie dan Ainun. Cinta kasih keduanya begitu indah berwujud dalam sebuah hubungan pernikahan, bahkan dilanjutkan dengan kebersamaan dan kekompakan, menelurkan banyak prestasi dan kesuksesan, bahkan hingga mengantarkan sang kepala keluarga menjadi Presiden RI yang ketiga. 
Selamat tinggal kisah romantis picisan yang menyedihkan. Kita tunggu kisah romantis lainnya yang menyemangati dan memotivasi. Semoga bermanfaat dan salam optimis.

-----------------------------------
dengan tambahan dari berbagai sumber.

Tidak ada komentar: